KONSEP KEBUTUHAN PENGHUNI DALAM PEMBANGUNAN HUNIAN SEMENTARA (STUDI KASUS: HUNIAN SEMENTARA PASCA-BENCANA KOTA PALU, INDONESIA)
Sari
Gempa bumi yang terjadi di Kota Palu dan sekitarnya pada 28 September 2018 menyebabkan kerusakan pada 66.926 unit rumah. Pemerintah melakukan pembangunan hunian sementara untuk korban yang mengalami kerusakan rumah. Korban bencana telah menghuni hunian sementara kurang lebih selama 2 tahun. Berdasarkan hasil observasi awal (grand tour) ditemukan fenomena perubahan fisik pada hunian sementara. Perubahan fisik yang terjadi menyebabkan hunian sementara berubah dari bentuk aslinya. Penelitian ini bertujuan menemukan wujud perubahan fisik yang terjadi untuk menyusun konsep hunian sementara pada masa tanggap darurat bencana berdasarkan kebutuhan penghuni. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan kasus ganda. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan penghuni hunian sementara melakukan perubahan fisik karena ada kebutuhan penghuni yang kurang dan belum terpenuhi. Hal tersebut disebabkan kurangnya konsep pemenuhuhan kebutuhan penghuni dalam kebijakan pembangunan hunian sementara. Maka diperlukan konsep hunian sementara yang dapat memenuhi kebutuhan penghuni. Konsep kebutuhan pada hunian sementara terdiri atas kebutuhan fisik, kebutuhan psikologis, dan kebutuhan fungsional.
Kata Kunci
Teks Lengkap:
PDFReferensi
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. (2008). Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No. 7 Tahun 2008 tentang Pedoman Tata Cara Pemberian Bantuan Pemenuhan Kebutuhan Dasar. Sekretariat Negara. Jakarta.http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2014/bn1407-2014.
Ernawati dan Giyarsih. (2011). Penyesuaian Diri Penguhuni Rumah Susun Terdahap Lingkungan Tempat Tinggal. Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejaaarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta.
Kurniati dan Kusuma. (2014). Adaptasi Perilaku dan Modifikasi sebagai Proses Menciptakan Hunian Ideal Bagi Penghuni Perumahan Massal. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI.
Lutfiah. (2010). Perubahan Bentuk dan Fungsi Hunian pada Rumah Susun Pasca Penghunian. Jurnal Ruang.
Lang, Jon. (1987). Creating Architectural Theory: The Role of the Behavioral Sciences in Environmental Design. New York: Van Nostrand Reinhold.
M. Sesotyaningtyas, Pratiwi, dan Setyono. (2015). Transformasi Hunian Dengan Perspektif Spasial dan Tatanan Budaya: Komparasi Permukiman Kumuh Bang Bua, Thailand dan Kampung Naga Indonesia. Journal of Geomatics and Planning
Omar, Endut dan Saruwono. (2017). Adapting by Altering: Spatial Modifications of Terraced Houses in The Klang Valley area. Journal of Environment-Behavior Studies.
Pramono. (2018). Strategi Adaptasi dalam Huntap Karang Kendal, Dusun Balong, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah. (2019). Peraturan Gubernur Sulawesi Tengah No. 10 Tahun 2019 tentang Rencana Rehabilitasi dan Rekontruksi Pascabencana. Sekretariat Daerah. Sulawesi Tengah. ”Https://Jdih.Sultengprov.Go.Id/Peraturan/Pergub%20nomor%2010%20tahun%202019
Rahim dan Hashim. (2018). Behavioral Adaptation of Malay Families and Housing Modification of Terrace Houses in Malaysia. Asian Journal of Environment-Behavior Studies.
DOI: https://doi.org/10.36087/jrp.v4i1.79
Refbacks
- Saat ini tidak ada refbacks.
Indexing :
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.